Thursday, February 28, 2008

Pakai tenaga Panti asuhan, bagus kah ?

Ada 3 kelompok manusia yang berhubungan dengan bisnis kita:
1. Karyawan
2. Investor
3. Pelanggan.

Ketika kita membuka usaha, kita pasti berhubungan dengan 3 kelompok ini. Bisa jadi kalau kita baru mulai dan punya modal uang, maka kita lah investornya merangkap sebagai pengusaha (kelompok yang lain).
Pendekatan untuk mendapatkan pelanggan mirip juga diberlakukan untuk mendapatkan karyawan dan investor.
Karena ketiga keompok inilah aset terpenting dalam bisnis kita.
Dalam kasus pekerja ini, berarti kita batasi hanya membahas karyawan.

Pengangguran di negeri ini banyak sekali. Puluhan juta orang. Pun begitu, banyak sekali teman2 yang pengusaha juga mencari karyawan kok susahnya amit2. Saya juga merasakan, mencari karyawan ternyata susah. Padahal yang butuh kerja banyak.

Bearti ada batas kan antara pengusaha dan pekerja.
Pasti yang namanya pekerja, maunya pekerjaan sedikit tapi gajinya besar. Kalau bisa ditawari uang saja tanpa pekerjaan.
Dulu kalau baru lulus sekolah/kuliah kan masih idealis. Ketika ditanya "Kenapa mau bekerja?" Sering dijawab "Mau mengamalkan ilmu saya".
"Lha kalau gak dibayar mau gak ? katanya mengamalkan ilmu", tanya balik yang mengiterview.

Itu hanya intermezoo.

Saya sih menyarankan, kalau kita mau berbisnis, hitungannya ya harus bisnis. Kan tujuan utama bisnis adalah: menghasilkan profit. Kalau masalah pahala, pasti ada, kalau ikhlas. Gak harus pilih2 status pekerjanya.
Jadi kita tentukan dulu: Tipe pekerjaannya apa? Mengerjakan apa saja? Hanya pakai otot atau juga pakai otak. Tentu gaji yang pakai otak jauh lebih gede bayarannya. baru berhitung dengan pembanding, kalau diperusahaan lain dengan tipe pekerjaan yang sama digaji berapa ?
Terus, kita sesuaikan dengan kemampuan bayar kita. Biasanya kan kalau baru mulai usaha, paling bisa menggajinya 50-80% dari gaji umum. Ini juga kita komunikasikan kepada mereka, apakah mereka mau?

Boleh saja sih pakai anak panti asuha, asalkan mereka memenuhi kriteria yang kita inginkan.
Masalah malas-malasan, apakah karena upahnya yang kurang atau mereka yang kurang motivated?

Mudah2 tulisan ini membuka jalan keluar. amieen.

wassalam,

Masbukhin Paradhana
http://masbukhinpradhana.blogspot.com

2 comments:

WURYANANO said...

Memang benar Mas, sebagai pengusaha dan calon pegawai juga harus sama aura energinya. Itulah yang menyebabkan kita ini juga tidak mudah mencari pegawai yang cocok.

Uniknya, calon pegawai pun juga tidak mudah memperoleh pekerjaan yang cocok. Jadi antara pengusaha dan calon pegawai sama-sama memiliki kriteria yang sulit ketemunya...

Tapi bagaimanapun juga, pengusaha lebih menang untuk memilih calon pegawainya. kalau nggak cocok ya nggak usah diterima.

Bahkan setelah diterima, trus berubah nggak cocok, yaa tinggal di PHK aja...tentu saja setelah kita beri kesempatan untuk memperbaiki kinerja dan sikapnya.

Btw, tidak peduli dari panti asuhan atau panti sosial, yang penting calon pegawai kita itu cocok dengan budaya perusahaan kita, yaa oke aja deh...

Tapi, ingat ini lho, jangan mengambil pegawai dari penghuni panti jompo...hwakakak..

alam Luar Biasa Prima!
Wuryanano

Masbukhin Pradhana said...

Untuk misi mencari karyawan, perusahaan sekelas Astra pun hampir setiap tahun berkeliling kampus yang punya reputasi baik untuk mempresentasikan perusahaannya. Perusahaan lain pun melakukannya.
Mereka berharap mendapatkan mahasiswa dengan status lulusan terbaik di bidangnya.
Yang kasihan adalah yang gak masuk krtiteria. Biasanya mereka sibuk mencari kerja.
Sampai terakhir gak ada pilihan. Pilih aja jalur jadi pengusaha ! :-)

Enak lhoo jadi pengusaha saat masih muda. Energinya masih full, siap untuk di gas poool dan di rem poool. Dijamin tulang belulang tidak berantakan. wa kak kak kaaak.