Sunday, November 4, 2007

Tanggapan tulisan di Milist Bizmart

tulisan Baru hari ini saya berkesempatan membaca postingan yang menurut saya heboh ! :-)
Ketika saya menuliskan pengalaman berbisnis dalam sebuah buku, yang akhirnya diterbitkan oleh Elexmedia, 'Cara Brilian menjadi Karyawan Beromzet Miliaran', ada 2 asumsi salah yang diinterpretasikan oleh pembaca: 1. Bahwa buku ini bukan buku wirausaha, karena untuk karyawan. dan yang ke-2, Omzet miliaran diartikan sebagai penghasilan. Padahal omzet ini adalah perputaran uang.
Namun, berapa omzetnya, apakah 1 M, 5 M atau 100 M per-tahun, tentu gak perlu dituliskan. Juga berapa profit marginnya? Apakah 1%, 2% atau kah 10 %? Karena ini menyangkut rahasia perusahaan. Hanya pihak internal lah yang tahu betul kondisi perusahaan.

Dari sekian banyak rekan-rekan yang menginginkan menjadi pengusaha, berapa % yang menuai keberhasilan? Seberapa panjang sepak terjang kita di dunia usaha.
Tulisan saya di buku, hanyalah gambaran aktivitas selama 4 tahunan ketika hidup di Jakarta. Mengapa bisa sampai di Jakarta ? Itu juga karena sudah habis2an. Punya hutang banyak, sampai harus bekerja lagi untuk melunasi hutang tersebut. Situasi ini di buku saya juga saya tuliskan. Setelah melunasi hutang, dan melihat peluang bisnis di Jakarta, maka saya bergerak lagi.
Sehingga ada hidden aktivitas yang kurang dicermati oleh public. Mereka lebih senang membaca kisah suksesnya. Karena manusia pada dasarnya suka yang indah2. Suka cerita sukses. Cerita percepatan, dari pada pepesan duka.
Kalau saya menuliskan bagaimana saya jualan beras di Malang pakai vespa bajai tahun 80-an, dan setiap 2 minggu harus ganti kabel kopling, tentu jarang yang berminat. Kecuali, sudah ada cerita keberhasilannya. Ini jadi menarik.
Pasti ada rekan di milist ini yang dulu juga satu tempat kuliah, yang tahu bagaimana perjuangan saya saat itu.

Mengenai Klub __ digits atau mas Wuryanano mau bikin yg 13 digits :-) saya rasa sah-sah saja. Itu dalam rangka untuk menambah semangat.
Daan, teman2 yang bisa melakukan proses percepatan (tolong jangan dibaca: sebagai proses instan) adalah mereka yang sudah memiliki jam terbang. Jam terbang ini bisa dari dirinya, liengkungannya atau keluarganya. Bisa saja orang baru belajar bisnis, tapi dengan dukungan perusahaan orang tuanya, bisa saja melakukan percepatan.
Bisa juga ahli di bidang tertentu dan berpatner dengan orang yang sudah lebih berhasil, ini tentu akan bisa melakukan percepatan.

Perlu diingat, bahwa proses percepatan itu tetap harus melalui tangga. Untuk menaiki tangga, orang umum bisa perlu waktu 1 tahun. Bisa saja orang yang expert ini melaluinya dalam waktu 6 bulan. Kalau cuma 1 bulan, sangat jarang sekali terjadi, bisa2 kepleset.

Ketika pulang dari Singapore, setelah transit dari Hongkong, saya duduk disamping seorang teman, CEO perusahaan nasional, yang ketika memulai usaha 15 tahunan yang lalu dia masih berusia muda. Pemain-pemain kawakan di usia sekarang berkisar 55-60 tahunan, tapi dia masih usia 40 tahunan. Saaat ini dia sudah memiliki 300 cabang di Indoesia dengan 1500 karayawan. Punya rumah mewah, pulau dan mobil yang sudah tidak berkelas BMW/Mercedes.

Betul, kita harus jujur dengan kondisi kita sekarang. Kita nikmati pencapaian yang sudah kita raih, kita layak syukuri. Dan sah juga untuk memiliki impian ke depan yang lebih baik.

Anda juga bisa membaca kisah perjalanan bakso Cak Eko. Bagaimana dia bisa melakukan percepatan? Apakah dia baru jualan bakso, terus berhasil? Perjalanan sebelum bisnis bakso ini sudah sangat lama. Baca Bukunya !

Percepatan Yes ! Instan No !

Semoga bermanfaat.
Salam entrepreneur !

Masbukhin pradhana

No comments: